Tugas mata kuliah dakwah Multimedia 2012
Bidadari Penyelamat
Senin, 07 Januari 2013
Minggu, 18 November 2012
Selasa, 20 Desember 2011
Tugas lanjutan TKI, aku ngambil konsep Maqamat :P
KONSEP
MAQAMAT MENURUT ABU NASR AL-SARRAJ AL-TUSI
Resume
(Sumuh, “Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam”)
Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah: Tasawuf
Pengampu: Bp.
Safrudin, M. Ag
Disusun Oleh: Lailaturrofiqoh
101211062
Harun
Nasution dalam bukunya falsafat dan mistisme dalam islam mengatakan:
“Buku-buku tasawuf tidak selamanya memberikan angka dan susunan yang sama
tentang station-station (maqam-maqam) ini”. Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi
dalam bukunya kitab al-luma’ fit
tasawwuf. Di terangkan adanya tujuh maqam secara urut yang
masing-masingnya umum terdapat dalam kitab-kitab lainya. Ketujuh maqam itu
ialah:
1. Maqam Taubat.
Bagi golongan khowas atau
orang yang telah sufi, yang di pandang dosa adalah ghoflah (lalai mengingat
tuhan). Karena taubat menurut sufi terutama taubat dari ghoflah, maka
kesempurnaan taubat menurut ajarann tasawuf adalah apabila telah tercapai maqam
“attaubatu min taubatihii” yakni
mentaubati terhadap kesadaran keberadaan dirinya dan keasadaran akan taubatnya
itu sendiri.
2. Maqam wara’
Wara’
adalah meninggalkan setiap yang berbau syubhat (segala hal yang belum jelas
haram dan halalnya.) dan meninggalkan apa yang tidak perlu, yaitu meninggalkan
apa yang tidak perlu, yaitu meninggalkan berbagai macam kesenangan.
Pada
hadist lain nabi bersabda yang artinya “hendaknya kamu menjalankan laku wara’, agar kamu jadi ahli ibadah”. Laku
hidup wara’ memang penting bagi perkembangan mentalitas ke-islaman, apalagi
bagi tasawuf. Wara’ itu ada dua tingkat, wara’ segi lahir yaitu hendaklah kamu
tidak bergerak terkecuali untuk ibadah kepada Alloh. Dan wara’ batin, yakni
agar tidak masuk dalam hatimu terkecuali Alloh ta’ala.
3. Maqam zuhud
Zuhud pada dasarnya adalah tidak
tamak atau tidak ingin dan tidak mengutamakan kesenangan duniawi.
Dalam
tasawuf zuhud dijadikan maqam dalam upaya melatih diri dan menyucikan hati
untuk melepas ikatan hati dengan dunia. Pada dasarnya dibedakan:
Misalnya Abu Sulaiman aal-Darani mengatakan :
“Sufi itu suatu ilmu dari ilmu-ilmu tentang zuhud. Maka
tidak pantas mengenakan kain suf dengan uang tiga dirham di tanganya kok dalam
hatinya menginginkan lima dirham”.
Pada tempat lain Abu Sulaiman al-Darani
mengatakan :
“zuhud adalah meninggalkan segala yang melalaikan hati
dari Alloh”.
Ruwaim mengatakan:
“zuhud adalah memandang kecil arti dunia dan menghapus
pengaruhnya dari hati”.
4.
Maqam Fakir
Maqam
fakir merupakan perwujudan upaya “tathir
al-qolbi bi ‘l-kulliyati’an ma siswa ‘llah”. Yaitu penyucian hati
secara keseluruhan terhadap apa yang selain Tuhan. Inilah ajaran qath’u al-ala’iq atau tajrid yakni ajaran untuk
membelakangi atau membuang dunia.
Al-Ghozali menganjurkan atau mengajarkan untuk
membuang dunia itu sama sekali. Maka fakir di rumuskan dengan “tidak punya
apa-apa dan juga tidak menginginkan apa-apa”.n.
5. Maqam Sabar
Dalam
islam mengendalikan diri untuk laku sabar merupakan tiang bagi akhlak mulia.
Dalam al-Qur’an dinyatakan sabar merukan laku yang terpuji dan merupakan
perintah suci agama.
Jadi
penguasaan diri dan bersabar dalam waktu mengalami kesempitan, susah,
penderitaan, tantangan dan perang, adalah mentalitas Islam. Sikap sabar di
tinggikan sebagai mentalitas sikap seorang mukmin dan muttqin, seperti di
jelaskan dalam surat Al-Baqarah, ayat 153 yang artinya “hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Alloh bersama orang-orang
yang sabar”.
Jadi
dengan maqam sabar para sufi memang telah menyengaja dan menyiapkan diri dengan
seribu satu kesulitan dan derita dalam hidupnya dengan sikap sabar, tanpa ada
kesulitan. Itulah laku maqam sabar di dalam tasawuf.
6. Maqam Tawakkal
Dalam
syariat islam diajarkan bahwa tawakkal dilakukan sesudah segala daya upaya dan
ikhtiar dijalankanya. Jadi yang ditawakkalkan atau digantungkan pada rahmat
pertolongan Alloh adalah hasil usahanya sesudah segala ikhtiar dilakukanya.
Yakni tawakkal yang di landasi oleh aktif kerja keras. Tasawuf menjadikann
maqam tawakkal sebagai wasilah atau sebagai tangga untuk memalingkan dan
menyucikan hati manusia agar tidak terikat dan tidak ingin dan memikirkan
keduniaan serta apa saja selain Alloh. Oleh karena itu sesuai cita ajaran
tasawuf tawakkal dijadikan prinsip ajaran yang mengarah ke paham jabbariyah mutlak. Yakni
tawakkal tanpa memikirakan usaha, orang harus sepenuhnya mengantungkan
diri sepenuhnya kepada takdir dan pemeliharaan langsung dari Alloh.
7. Maqam Ridlo
Setelah
mencapai maqam tawakkal, nasib hidup mereka bulat-bulat diserahkan pada
pemeliharaan dan rahmat Alloh, meniggalkan membelakangi segala keinginan
terhadap apa saja selain Tuhan, maka harus segera diikuti menata hatinya untuk
mencapai maqam. Maqam ridlo adalah ajaran menanggapi dan mengubah segala bentuk
penderitaan, kesengsaraan, dan kesusahan, menjadi kegembiraan dan kenikmatan.
Yakni sebagaimana di katakana imam ghozali, rela menerima apa saja.
Kamis, 15 Desember 2011
MASYARAKAT DAN KONSUMSI
MEDIA
MAKALAH
Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Komunikasi Massa
Dosen
Pengampu: Ibu Siti Sholihati, Hj., Dra., M. A.
Disusun
oleh:
LAILATURROFIQOH
(101211062)
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2011
MASYARAKAT DAN KONSUMSI MEDIA
I.
PENDAHULUAN
Komunikasi massa adalah proses dimana
organisasi media
membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi -
organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan
mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka
hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media
menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Dalam
komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi,
memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.[1]
Dengan
adanya komunikasi massa menimbulkan budaya baru yang tumbuh dalam masyarakat,
yaitu konsumsi media yang menjadi trend atau konstruksi social. Masyarakat
menjadikan media massa sebagai bagian hidup yang tidak mungkin untuk
dihilangkan lagi dari kehidupannya. Bahkan, tidak jarang banyak yang meggunakan
media massa sebagai aktivitas kesehariannya. Sebagai seorang yang bekerja di
perusahaan media, tentu jelas mereka menghabiskan waktu dan kegiatannya di
tempat tersebut, sedangkan sebagai masyarakat penikmat acara media tidak jarang
menghabiskan waktunya berjam-jam dengan tayangan kesukaan mereka.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Pengaruh
media terhadap masyarakat?
B. Teori
media dan masyarakat?
C. Konsumsi
media dalam masyarakat?
D. Fenomena
konsumsi media massa dalam masyarakat?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengaruh
Media Terhadap Masyarakat
Media massa sebagai sebuah fenomena yang tidak bisa dihindarkan lagi dari
kehidupan masyarakat menjadi salah satu trend seter yang mampu membawa
dampak. Dampak buruk media massa adalah
kekuatan media dalam mengubah dan membentuk gaya hidup seseorang. Sejumlah
peneliti mengungkapkan, menonton telivisi secara berlebihan di kalangan
anak-anak bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada
anak-anak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala semacam kegemukan, kebisaaan makan
yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan, dan gangguan psikologis.
Meski demikian, media massa juga bisa berperan positif bagi masyarakat.
Karena itu, masalah kesehatan sosial masyarakat harus kita kaji dari beragam
sisi. Dari sisi moral, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai moral, semacam cinta sesama manusia, menghormati hak-hak
orang lain, menyebarnya tradisi saling memaafkan dan mengasihi. Terkait hal
ini, media massa bisa berperan positif dalam menyebarkan dan membumikan
nilai-nilai moral. Penayangan acara yang mendidik namun menghibur merupakan
salah satu cara efektif bagi media untuk membangun masyarakat yang sehat. [2]
Media massa juga bisa berperan sebagai sumber rujukan di bidang
pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat
meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil
yang penting dalam mengajak masyarakat untuk memerangi kekerasan, dan tindak
kriminalitas. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi
merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan
norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang
bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
B. Teori
Media dan Masyarakat
Institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi
pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna
tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Media massa memiliki peran mediasi (penengah/penghubung)
antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Media massa
berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian bahwa: media massa
seringkali berada diantara kita; media massa dapat saja berada diantara kita
dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita; media massa
dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagai institusi yang berbeda;
media juga menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita
untuk menghubungi pihak lain; media massa seringkali menyediakan bahan bagi
kita untuk membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta
peristiwa tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh
sedikit pengetahuan.
Media juga menerima sejumlah tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan
diri dalam interaksi sosial dan kadang kala menunjukkan arah atau memimpin,
serta berperan serta dalam menciptkan hubungan dan integrasi. Konsep media
sebagai penyaring telah diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan
seleksi dan penafsiran terhadap suatu masalah yang dianggap membingungkan.[3]
A. Konsumsi
Media dalam Masyarakat
Sebagaimana diketahui, pemilihan dan penerimaan suatu pesan dipengaruhi
oleh lingkup referensi dan pengalaman, sehingga akan sangat menentukan pilihan
dari tayangan atau berita yang diambil suatu masyarakat terhadap informasi
media massa.[4]
Hubungan antara media dan konsumsinya masyarakat tergantung pada situasi
ruang dan waktu. Konteks sosial yang dikarakterisasi oleh kesejahteraan ekonomi
dan kekuasaan politik yang berbeda antara kelas sosial ekonomi yang satu dengan
yang lain, mempengaruhi hubungi media dengan masyarakat. Ada dua pendekatan
untuk melihat keterkaitan antara media dengan masyarakat.
1. Pendekatan
Media Centric (Media Sentris).
Pendekatan ini memfokuskan pada otonomi dan pengaruh komunikasi serta
aktivitas yang dilakukan oleh media. Media massa dianggap sebagai penyebab
utama dari perubahan sosial, dan media sendiri sangat dikendalikan oleh
perkembangan teknologi komunikasi.
2. Pendekatan
Society (Social) Centric (Masyarakat Sentris)
Pendekatan ini melihat media sebagai refleksi kekuatan ekonomi dan
politik yang berlaku dalam masyarakat.[5]
Berrigan (1979), mendefinisikan media rakyat sebagai:
1. Media
yang bertumpu pada landasan yang lebih luas dari kebutuhan semua khalayaknya.
2. Adaptasi
media untuk digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan, apapun tujuan yang
ditetapkan oleh masyarakat.
3. Media
yang memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk memperoleh informasi,
pendidikan, bila mereka menginginkan kesempatan itu.
4. Media
yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan, produksi d
pelaksana.
5. Sarana
bagi masyarakat untuk mengemukakan sesuatu, bahkan untuk menyatakan sesuatu
untuk masyarakat.[6]
Berdasarkan pengertian diatas media akan mampu untuk memberikan
penyegaran bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Berdasarkan
sebuah kegiatan KMD (Koran Masuk Desa), menunjukan suatu realitas masyarakat
dalam mengkonsumsi media. Isi pemberitaan yang terdapat Dalam media tersebut
isi diprioritaskan kepada tokoh-tokoh desa karena dianggap oleh masyarakat
sebagai pemuka desa yang berpengaruh. Demikian adalah table yang menunjukkan
presentasi informasi yang menarik perhatian dari 570 sample jawaban:
No.
|
Jenis berita
|
Jumlah Penikmat
|
Prosentase
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Berita Daerah
Berita Ekonomi
Berita Ilmu Pengetahuan
Keterangan Pemerintah
Seni Budaya
Cerita Pendek
Ulasan dan Tanggapan
Berita Nasional & Luar Negri
|
128
89
70
66
65
62
41
49
|
20,09
13,97
10,99
10,36
10,20
9,73
6,59
7,69
|
%
%
%
%
%
%
%
%
|
|
Sumber:
Raka Wiratna, 1980 (setiap responden boleh memilih lebih dari satu jawaban).[7]
Media massa memberikan banyak pilihan kepada masyarakat untuk menentukan
informasi apa yang akan mereka nikmati. Tidak hanya realitas pada media cetak
namun pada media elektronik tidak akan jauh berbeda.
Dalam sosiologi komunikasi terdapat konseptualisasi sosiologis dan
analisis sosiologis mengenai khalayak yang mampu melahirkan teori-teori baru.
Bahwasanya masyarakat selalu memiliki kecenderungan untuk mencari informasi
baru yang terkadang berbeda penyajiannya antara media yang satu dengan media
yang lain. Hal ini berpengaruh terhadap struktur social maupun konsep social
yang ada dalam masyarakat.[8]
IV.
SIMPULAN
Media
massa merupakan institusi untuk memproduksi informasi sesuai dengan kebijakan
perusahaan yang memiliki keberagaman isi sesuai dengan konsumen yang mereka
tuju. Masyarakat memiliki hak untuk memilih dan menentukan berita apa dan
melalui media apa mereka akan memenuhi kebutuhan informasinya. Sehingga
fenomena konsumsi media terbentuk oleh factor-faktor yang saling mempengaruhi
yaitu media massa itu sendiri dan masyarakat yang akan memilih. Terkadang media
massa membentuk konstruksi baru dalam masyarakat namun tidak jarang fenomena
masyarakat menjadi pemberitaan yang diburu oleh banyak institusi media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Wright, Charles R. 1985. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung:
Remadja Karya.
Nurudin. 2005. System Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Susanto, Dr. Phil Astrid S. 1976. Filsafat Komunikasi. Bandung:
Bina Cipta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_massa
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_massa
[2] http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=1330:pengaruh-media-massa-terhadap-masyarakat&catid=63:sosial&Itemid=69
[3] http://oliviadwiayu.wordpress.com/2006/12/08/teori-media-dan-teori-masyarakat-media/
[4]
Dr. Phil Astrid S. Susanto, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta,
1976), hlm. 151
[5] http://sosiologikomunikasi.blogspot.com/2005/02/media-massa-dan-masyarakat.html
[6] Nurudin,
System Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 102-103
[7] Ibid,
hlm. 109
[8]
Charles R. Wright, Sosiologi Komunikasi Massa, (Bandung: Remadja Karya,
1985), hlm. 135.
Senin, 26 September 2011
Tahapan Studi Efek Komunikasi Masa
saya telah menjelajah beberapa situs berkaitan dengan penelitian komunikasi terhadap proses sosial, klik pada
Tahapan Studi Efek Komunikasi Masa untuk membacanya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tahapan Studi Efek Komunikasi Masa untuk membacanya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Minggu, 24 Juli 2011
IMAM AL-GHAZALI
Imam Al Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.
Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).
Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”
Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).
Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).
Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.
Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.
Adz Dzahabi berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar A’lam Nubala 19/328).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).
Polemik Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.
Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).
Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).
Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”
Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).
Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).
Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.
Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.
Adz Dzahabi berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar A’lam Nubala 19/328).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).
Polemik Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.
Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).
Senin, 18 Juli 2011
Ajaran bernama SLANKISME
Di penghujung tahun 2005, Slank kembali merilis sebuah album studio ke 14 nya yang diberi titel SLANKISSME. Dan ulang tahun Slank yang ke 22 tahun di Ancol pun sedikit banyak telah memainkan lagu-lagu baru dari album tersebut. Konser ulang tahun yang kali ini pun dimeriahkan oleh PAS Band, Peterpan, Naif, Seurieus, J-Rock's, The Brandals, Speaker F1rst, Teamlo, Melanie Soebono, Ratu, Cokelat, Jacko, Shanty dll. Di beberapa lagu, Slank berkolaborasi dengan para bintang tamu. Konon, total lagu yang dimainkan Slank sepanjang konser tersebut adalah 40 lagu.
Slankissme sendiri adalah sebuah ambigu kalimat dari Slank Kiss Me, Slank Is Me, dan Slankisme. Bimbim menyebut bahwa ada 13 ajaran 'gak sempurna dari Slankisme, dan itu harus diketahui oleh para Slanker, agar mengerti dan menjalani nya. Kenapa, karena memang kesempurnaan hanya milik Tuhan. Begitu kata Bimbim. Dan "tiga belas ajaran gak sempurna ini" dijadikan manifesto Slank, dan Bimbim selalu membacakan nya di saat Slank berkunjung ke suatu negara. Namun, Di dalam negeri pun Slank sering kali membacakan manifesto-nya tersebut. Single dari album ini adalah SBY, singkatan dari Sosial Betawi Yoi, dan dua tembang ballad nya, Gak Ada 2nya dan Yang Manis yang ketiga nya dibuat PV nya. Di lagu Kritis BBM dan Alami, Bimbim menciptakannya dalam satu hari. Slank bermain akustik di lagu Alami.
Di awal tahun 2006, Slank berangkat ke Jepang untuk konser disana. Konser pada tanggal 2 January itu bertujuan untuk acara charity for Sumatra. Kemudian Slank gencar mempromosikan album baru nya. Baik dari live on air di televisi atau juga konser tour nya yang menjangkau 60 kota di Indonesia. Bisa dibilang ini adalah tahun tersibuk Slank, karena di tahun ini, selain promo album Slankissme, Slank juga menjalani tour di beberapa kota di Jawa Barat dan Banten dalam rangka konser Ngedjinggo Bareng Slank, lalu merilis Album Slank Since 1983 di Malaysia dan promo di negara tersebut. Di Malaysia, Slank harus kerja keras dan mereka kelelahan karena harus interview di televisi, radio serta media cetak disana. Dan puncaknya adalah ketika Bimbim menolak seorang fans yang meminta foto bersama. Di tour Ngedjinggo Bareng Slank ini, setiap Slank mampir ke suatu kota, selalu saja mampir ke suatu tempat untuk kegiatan bhakti sosial, atau juga kegiatan lainnya yang melibatkan rakyat kecil dan juga kesenian dan budaya setempat. Slank juga masih sering tampil di televisi, lalu juga konser sebagai penutup di event musik terkenal Soundrenaline. Bukan hanya itu, Slank juga mampir ke Amerika untuk mengisi acara di 5 tempat live house di beberapa kota di Amerika. Slank di undang oleh para mahasiswa disana. Hal itu dijadikan kesempatan untuk membawa CD demo album Slank yang telah di translate ke bahasa Inggris agar albumnya bisa rilis di luar negeri dan go internasional. Untuk itulah Slank gencar mencari cara dan usaha agar bisa terbang dan bermain di sana. Kesempatan emas itu pun hadir tatkala Slank mengundang dua produser di konser mereka. Satu dari Amerika dan satu dari Kanada. Blues Saraceno, mantan gitaris group band Poison yang juga guru gitar Ridho ketika menuntut ilmu di Musician Institute, Hollywood, hadir sebagai produser yang ingin melihat aksi Slank. Dan satu lagi seorang produser dari Kanada yang juga hadir bersama vokalist dari group Crowned King, Shawn Frank, yang pernah berkolaborasi dengan Slank ketika konser Soundrenaline tahun 2005 di Bali turut serta hadir jauh-jauh dari Kanada. Mereka berdua tertarik dan akhirnya Slank lebih memilih Blues Saraceno. Alasan Slank ingin berkarier di luar negeri karena mereka telah jenuh, dalam artian, hampir semuanya sudah pernah di raih oleh Slank di Indonesia. Makanya, Amerika dan dunia lah tujuan berikutnya Slank. Slank ingin kembali menjadi Underground, yang belum dikenal oleh siapa-siapa, yang belum terkenal. Inilah pertama kalinya Slank ke Amerika. Ketika di Las Vegas, Bimbim sempat membuat sebuah lagu yang hasilnya ada di album berikutnya dari Slank.
Slankissme sendiri adalah sebuah ambigu kalimat dari Slank Kiss Me, Slank Is Me, dan Slankisme. Bimbim menyebut bahwa ada 13 ajaran 'gak sempurna dari Slankisme, dan itu harus diketahui oleh para Slanker, agar mengerti dan menjalani nya. Kenapa, karena memang kesempurnaan hanya milik Tuhan. Begitu kata Bimbim. Dan "tiga belas ajaran gak sempurna ini" dijadikan manifesto Slank, dan Bimbim selalu membacakan nya di saat Slank berkunjung ke suatu negara. Namun, Di dalam negeri pun Slank sering kali membacakan manifesto-nya tersebut. Single dari album ini adalah SBY, singkatan dari Sosial Betawi Yoi, dan dua tembang ballad nya, Gak Ada 2nya dan Yang Manis yang ketiga nya dibuat PV nya. Di lagu Kritis BBM dan Alami, Bimbim menciptakannya dalam satu hari. Slank bermain akustik di lagu Alami.
Di awal tahun 2006, Slank berangkat ke Jepang untuk konser disana. Konser pada tanggal 2 January itu bertujuan untuk acara charity for Sumatra. Kemudian Slank gencar mempromosikan album baru nya. Baik dari live on air di televisi atau juga konser tour nya yang menjangkau 60 kota di Indonesia. Bisa dibilang ini adalah tahun tersibuk Slank, karena di tahun ini, selain promo album Slankissme, Slank juga menjalani tour di beberapa kota di Jawa Barat dan Banten dalam rangka konser Ngedjinggo Bareng Slank, lalu merilis Album Slank Since 1983 di Malaysia dan promo di negara tersebut. Di Malaysia, Slank harus kerja keras dan mereka kelelahan karena harus interview di televisi, radio serta media cetak disana. Dan puncaknya adalah ketika Bimbim menolak seorang fans yang meminta foto bersama. Di tour Ngedjinggo Bareng Slank ini, setiap Slank mampir ke suatu kota, selalu saja mampir ke suatu tempat untuk kegiatan bhakti sosial, atau juga kegiatan lainnya yang melibatkan rakyat kecil dan juga kesenian dan budaya setempat. Slank juga masih sering tampil di televisi, lalu juga konser sebagai penutup di event musik terkenal Soundrenaline. Bukan hanya itu, Slank juga mampir ke Amerika untuk mengisi acara di 5 tempat live house di beberapa kota di Amerika. Slank di undang oleh para mahasiswa disana. Hal itu dijadikan kesempatan untuk membawa CD demo album Slank yang telah di translate ke bahasa Inggris agar albumnya bisa rilis di luar negeri dan go internasional. Untuk itulah Slank gencar mencari cara dan usaha agar bisa terbang dan bermain di sana. Kesempatan emas itu pun hadir tatkala Slank mengundang dua produser di konser mereka. Satu dari Amerika dan satu dari Kanada. Blues Saraceno, mantan gitaris group band Poison yang juga guru gitar Ridho ketika menuntut ilmu di Musician Institute, Hollywood, hadir sebagai produser yang ingin melihat aksi Slank. Dan satu lagi seorang produser dari Kanada yang juga hadir bersama vokalist dari group Crowned King, Shawn Frank, yang pernah berkolaborasi dengan Slank ketika konser Soundrenaline tahun 2005 di Bali turut serta hadir jauh-jauh dari Kanada. Mereka berdua tertarik dan akhirnya Slank lebih memilih Blues Saraceno. Alasan Slank ingin berkarier di luar negeri karena mereka telah jenuh, dalam artian, hampir semuanya sudah pernah di raih oleh Slank di Indonesia. Makanya, Amerika dan dunia lah tujuan berikutnya Slank. Slank ingin kembali menjadi Underground, yang belum dikenal oleh siapa-siapa, yang belum terkenal. Inilah pertama kalinya Slank ke Amerika. Ketika di Las Vegas, Bimbim sempat membuat sebuah lagu yang hasilnya ada di album berikutnya dari Slank.
Langganan:
Postingan (Atom)